Sunday, June 13, 2010

BALAI ARKEOLOGI: SITUS TONDOWONGSO KOMPLEKS PERCANDIAN TERBESAR






Kediri, 12/5 (ANTARA) - Balai Arkeologi Yogyakarta memprediksi Situs Tondowongso yang ditemukan warga di Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur merupakan kompleks besar percandian Abad ke-11.

"Kalau nanti penelitian kami terbukti, maka Situs Tondowongso merupakan satu-satunya kompleks percandian terbesar di Indonesia," kata peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta, Lisa Ekawati, saat ditemui di sela-sela penelitian Situs Tondowongso, Senin.

Sesuai data Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Jatim yang disampaikan pada Balai Arkeologi Yogyakarta menyebutkan, luas Situs Tondowongso mencapai 8.125 meter persegi.

"Berbeda dengan Candi Borobudur yang hanya satu bangunan, Situs Tondowongso ini merupakan bangunan percandian yang terpencar, tapi masih dalam satu kompleks," kata Ketua Tim Penelitian Situs Tondowongso itu menjelaskan.

Sebelumnya pada 1956 warga setempat juga telah menemukan bangunan Candi Gurah yang berjarak beberapa meter dari lokasi penemuan arca di dalam Situs Tondowongso pada bulan Januari 2007 lalu.

Di dalam Candi Gurah juga terdapat beberapa arca dan benda bersejarah lainnya. "Sebagian dari arca itu kini disimpan di Museum Nasional Jakarta dan ada pula yang disimpan di Istana Negara. Setelah dilakukan penelitian pada 1957, Candi Gurah itu ditimbun kembali karena pada saat itu anggaran negara sangat terbatas. Lalu kini ditemukan lagi Situs Tondowongso ini," katanya.

Saat ini para peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta itu telah memasuki hari kelima penelitiannya di Situs Tondowongso. Dari penelitian itu baru ditemukan pagar candi sepanjang 120 meter dan lebar 80 meter di kedalaman tiga meter dari permukaan tanah. Sebagian diantaranya ditemukan di lahan milik warga yang belum dibebaskan oleh Pemkab Kediri.

"Target kami pada tanggal 18 Mei nanti sudah harus bisa menemukan pagar candi sebelah utara, karena yang sebelah selatan sudah ditemukan oleh pihak BP3 dan warga tahun lalu," kata Lisa.

Untuk memudahkan penemuan pagar yang tingginya diperkirakan mencapai tujuh meter tu, para peneliti terpaksa mendatangkan Geolistrik. Alat pendeteksi milik Fakultas Geografi Univesitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu akan mulai dipasang Selasa (13/5) besok.

"Kalau dilakukan penggalian secara manual, waktunya lama. Dengan bantuan Geolistrik ini diharapkan dapat diketahui posisi pagar candi sehingga untuk proses selanjutnya tinggal digali dengan menggunakan alat berat," katanya.

Sejak Januari 2007 lalu, warga dan BP3 telah menemukan sebuah bangunan induk candi, tiga perwara (bangunan pendamping candi), dan 14 jenis arca, sembilan diantaranya masih utuh. Benda-benda tersebut kini disimpan di Museum BP3 Trowulan.

Bangunan candi di Situs Tondowongso itu merupakan susunan batu bata merah. Masing-masing batu bata merah itu berukuran panjang 38 senti dan lebar 20 senti dengan ketebalan tujuh senti.

"Kami memperkirakan benda-benda ini merupakan peninggalan Kerajaan Kadiri pada Abad ke-11. Soal siapa Raja yang memerintah pada waktu itu, sampai sekarang sedang kami teliti," kata Lisa Ekawati.

Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta lainnya, Baskoro Daru Tjahjono menambahkan, tidak ada perbedaan kurun waktu antara candi yang terbuat dari susunan batu bata merah dan candi dari batu cadas.

"Yang paling mempengaruhi faktor lingkungan saja. Kebetulan di Tondowongso ini tanah liatnya cukup bagus, makanya sampai sekarang banyak warga sini yang membuat batu bata. Sama dengan di wilayah Jabar, yang kebanyakan candinya terbuat dari tanah liat," katanya.

Ia menyatakan, peninggalan bersejarah di Dusun Tondowongso itu berbentuk persegi empat menghadap ke barat dengan bangunan utama di tengah-tengahnya. Sedang arca-arca yang ditemukan di dalam situs itu merupakan benda-benda yang biasa disembah oleh pemeluk agama Hindu pada Abad ke-11 dan Abad ke-12.

Beberapa bulan sebelum Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan penelitian, seorang warga juga menemukan benda berbentuk gapura. "Sebagian dari tim ini ada yang melakukan pengerjaan di tempat warga menemukan gapura tadi," kata Baskoro.

Dalam penelitian di Situs Tondowongso ini, Balai Arkeologi Yogyakarta menurunkan delapan orang peneliti dibantu dua orang operator Geolistrik Fakultas Geografi UGM, delapan warga Tondowongso, dan satu peneliti dari BP3 Trowulan.

No comments:

Post a Comment