Monday, May 9, 2011

Hisapan Ombak Aneh Parangtritis Dibuktikan Secara Ilmiah





Hisapan Ombak Aneh Parangtritis Dibuktikan Secara Ilmiah

Para praktisi ilmu kebumian menegaskan bahwa penyebab utama hilangnya sejumlah wisatawan di Pantai Parangtritis, Bantul, adalah akibat terseret rip current. Dengan kecepatan mencapai 80 kilometer per jam, arus balik itu tidak hanya kuat, tetapi juga mematikan.

Kepala Laboratorium Geospasial Parangtritis I Nyoman Sukmantalya mengatakan, sampai sekarang informasi mengenai rip current amat minim. Akibatnya, masyarakat masih sering mengaitkan peristiwa hilangnya korban di pantai selatan DI Yogyakarta dengan hal-hal yang berbau mistis. Padahal, ada penjelasan ilmiah di balik musibah tersebut.

Arus balik merupakan aliran air gelombang datang yang membentur pantai dan kembali lagi ke laut. Arus itu bisa menjadi amat kuat karena biasanya merupakan akumulasi dari pertemuan dua atau lebih gelombang datang.


“Bisa dibayangkan kekuatan seret arus balik beberapa kali lebih kuat dari terpaan ombak datang. Wisatawan yang tidak waspada dapat dengan mudah hanyut,” demikian papar Nyoman, Selasa (3/2) di Yogyakarta.

Celakanya, arus balik terjadi begitu cepat, bahkan dalam hitungan detik. Arus itu juga bukan hanya berlangsung di satu tempat, melainkan berganti-ganti lokasi sesuai dengan arah datangnya gelombang yang juga menyesuaikan dengan arah embusan angin dari laut menuju darat.

Nyoman melanjutkan, korban mudah terseret arus balik karena berada terlalu jauh dari bibir pantai. Ketika korban diterjang arus balik, posisinya akan mudah labil karena kakinya tidak memijak pantai dengan kuat.
“Karena terseret tiba-tiba dan tidak bisa berpegangan pada apa pun, korban menjadi mudah panik, dan tenggelam karena kelelahan,” lanjutnya.

Terpisah, Staf Ahli Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada, Djati Mardianto, melanjutkan, apabila korban tetap tenang saat terseret arus, besar kemungkinan baginya untuk kembali ke permukaan. “Karena arus berputar di dasar laut sehingga materi di bawah bisa naik lagi,” ujar Djati.

Setelah mengapung, korban bisa berenang ke tepi laut, atau membiarkan diri terempas ke pantai oleh gelombang datang lain. Setidak-tidaknya, korban memiliki kesempatan untuk melambaikan tangan atau berteriak minta tolong.

Bagaimana dengan korban hilang? Djati mengatakan, hal itu dapat terjadi apabila korban terlalu kuat melawan arus saat berada di dalam air sehingga urung mengapung. Sebaliknya, korban akan semakin jauh terseret arus bawah laut dan bisa tersangkut karang atau masuk ke dalam patahan yang berjarak sekitar satu kilometer dari bibir pantai. Di dasar patahan yang kedalamannya mencapai ratusan meter itu, korban akan semakin sulit bergerak karena ia bercampur dengan aneka materi padat yang terkandung dalam arus.

Korban akan diperlakukan sama seperti material, yakni diendapkan. Korban baru bisa kembali terangkat ke permukaan jika ada arus lain yang mengangkat sedimen dari dasar laut. Namun, ia mengatakan, biasanya hal itu butuh waktu lama.

Meski sulit, diperkirakan kedatangannya, arus balik sebenarnya bisa dikenali. Menurut Nyoman, permukaan arus balik terlihat lebih tenang daripada gelombang datang yang berbuih. Selain itu, arus balik biasa terjadi di ujung-ujung cekungan pantai dan warnanya keruh karena membawa banyak materi padat dari pantai.


Masalahnya, banyak wisatawan justru senang bermain di pantai yang tenang karena dianggap lebih aman. “Padahal, lokasi tersebut amat berbahaya,” kata Nyoman.

Sejauh ini, cara terbaik untuk mengurangi risiko bencana terseret arus di pantai adalah dengan tidak bersikap nekat berenang ke tengah laut. Pengunjung harus benar-benar mematuhi rambu larangan berenang yang dipasang tim search and rescue (SAR) di sepanjang pantai.

Selain itu, kondisi cuaca juga harus dipertimbangkan. Gelombang laut akan membesar di musim penghujan karena terpengaruh angin barat. Berenang di laut pada malam hari pun sebisa mungkin dihindari karena arus balik akan menguat akibat terpengaruh pasang.

Menurut kedua pakar geomorfologi pesisir itu, tidak ada pantai di DIY yang aman. Semua memiliki potensi arus balik yang kuat. Bahkan, di sejumlah pantai di Gunung Kidul, arus balik kian diperkuat oleh buangan air sungai bawah tanah.

Pemerintah daerah juga bisa mempelajari pola-pola arus balik dengan melakukan pengamatan rutin sepanjang tahun menggunakan citra satelit beresolusi tinggi, seperti citra Quickbird dan IKONOS. Kedua satelit itu bisa merekam dengan jelas benda yang berukuran kecil hingga ukuran satu meter.

“Sejauh ini, penelitian ke arah sana baru sebatas pada skripsi mahasiswa. Belum ada penelitian yang mendalam dan menghasilkan rekomendasi kebijakan,” papar Djati.

Pemerintah daerah pun sebaiknya memberikan pemahaman yang benar mengenai penyebab bencana laut kepada warga di sekitar pantai. Informasi tersebut dapat diteruskan kepada wisatawan guna meningkatkan kewaspadaan mereka.

Bagi pengunjung, informasi berupa papan larangan berenang dan imbauan petugas dianggap jelas belum cukup. Kenapa tak dibagikan leaflet kecil begitu pengunjung mau masuk pantai. Leaflet itu berisi penjelasan singkat, harus bagaimana dan di mana jika ingin mencebur ke laut.

Nyoman mengatakan, ketinggian air sepaha orang dewasa sudah cukup bagi arus balik untuk menyeret orang ke tengah laut. Paling aman, usahakan air hanya sampai ketinggian mata kaki.
Gambar:

Kita mungkin dapat melihat suatu arus balik dari suatu tempat yang lebih tinggi di pantai, atau dapat juga bertanya dengan penjaga pantai yang bertugas atau dengan penduduk setempat yang tahu di lokasi mana terdapat rip current. Berdasarkan pengamatan, sifat-sifat Rip Current dapat diketahui dengan :

1. Melihat adanya perbedaan tinggi gelombang antara kiri-kanan dan antaranya. Tinggi gelombang pada bagian kiri dan kanan lebih besar dari antaranya.
2. Meletakkan benda yang dapat terapung. Bila benda tersebut terseret menuju off shore maka pada tempat tersebut terdapat Rip Current.
3. Melihat kekeruhan air yang terjadi, dimana air pada daerah surf zone tercampur dengan air dari darat. Bila terlihat air yang keruh menuju off shore, maka tempat tersebut terdapat Rip Current. Kejadian ini dapat dilihat dengan jelas dari tempat yang lebih tinggi


Tips/Cara/Usaha yang harus dilakukan bila terseret rip current, adalah sebagai berikut:

1. Jika terperangkap dalam arus seret ke tengah laut, jangan mencoba untuk berenang melawan arus (ke tepi pantai),

2. tenanglah untuk sementara mengikuti arus. Secepat arus seret berada di luar penghalang, atau kecepatan arus melambat dan kita merasa sedikit bebas dari pergerakan air yang cepat,

3. berenanglah ke area di sebelah kiri/kanan kita dan baru kemudian berenang kembali ke arah pantai (atau mengikuti gelombang menuju pantai). Tentu saja kita harus tetap menjaga untuk tetap berada di luar arus seret tersebut.
source:http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5787322
http://unic77.info/

Tuesday, June 15, 2010

HK MP7 SUB MACHINE GUN




Saat mengetikkan keyword ini "HK MP7", maka yg keluar adl artikel2 point blank etc. sebenarnya apa keistimewaan senjata ini?

Heckler & Koch MP7
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


MP7 (Maschinenpistole-7) adalah senapan submesin Jerman yang diproduksi oleh Heckler & Koch (H&K) dengan ukuran kaliber 4.6x30mm. MP7 dirancang dengan kaliber baru untuk memenuhi persyaratan NATO yang dikeluarkan pada tahun 1989 yang menyebutkan senjata pertahanan pribadi (PDW) kelas senjata api dengan kemampuan yang lebih baik untuk pertahanan pribadi dari senjata saat ini yang terbatas karena penggunaan peluru pistol konvensional. MP7 mulai diproduksi tahun 2001. Ini adalah pesaing langsung dari FN P90, juga dikembangkan untuk menanggapi kebutuhan NATO. Revisi dari MP7 sejak pengenalan dan versi produksi saat ini adalah MP7A1.

Perkembangan body armor berkualitas tinggi membuat senjata api beramunisi pistol (seperti H&K MP5 atau USP) menjadi tidak efektif. Dalam menanggapi masalah ini, pabrik HK merancang MP7 (bersama dengan UCP baru, yang menggunakan amunisi yang sama) untuk menembus pelindung tubuh, tetapi cukup ringan untuk digunakan di tempat yang baik sebagai pistol atau senapan submesin ringan.
Desain MP7

MP7 dasarnya dioperasikan dengan scaled-down senapan serbu, dengan sistem yang sama seperti H&K G36. Hal ini didasari bahwa kaliber 5.56x45mm NATO digunakan oleh kebanyakan senapan modern saat ini. Peluru MP7 tergolong unik di antara senapan submesin lainnya, di mana peluru hampir seluruhnya terbuat dari baja yang dikeraskan, bukan dibuat lebih lembut dengan penetrator kuningan atau timah. Peluru hampir eksklusif untuk pistol (kecuali H&K UCP dan merupakan varian dari Brugger & Thomet MP9) dan juga memberikan recoil rendah. Laras senjata juga memiliki diameter kecil (dapat dikatakan sebagai pengecilan kaliber .223 Remington), memungkinkan untuk kapasitas yang tinggi dalam kebutuhan mendesak.

MP7 dapat menggunakan model magasin 20 peluru, 30 peluru maupun 40 peluru (ukuran yang sama dengan magasin 15 peluru 9mm, sedangkan yang terakhir sama dengan magasin 30 peluru 9mm). Fitur senjata lainnya adalah tuas depan dan pegangan belakang yang dapat ditarik. Pegangan depan dapat dipakai sesuai kebutuhan, singkatnya MP7 dapat dipegang dengan satu tangan atau dua tangan. Hal ini terbukti ringan karena menggunakan bahan polimer dalam konstruksi.

MP7 dipasarkan sebagai pesaing langsung ke FN P90. Beberapa pengamat membuat perbandingan bahwa MP7 lebih mendekati pistol daripada senapan submesin. [Rujukan?] Fitur FN P90 yang lebih sederhana dengan desain yang lurus dan bersistem blowback dengan model tertutup, sehingga tidak ada putaran bolt atau sistem gas, tetapi lebih berat daripada MP7.
Variasi

* PDW: Model pertama dari MP7, ditampilkan tahun 1999 dan ditetapkan sebagai 'PDW' (Personal Defense Weapon). Mempunyai rel Picatinny pendek di bagian atas dan pegangan pistol yang halus.
* MP7: Pada tahun 2001 dinobatkan sebagai 'MP7' dan masuk ke produksi. Mulai diperbarui dengan adanya rel Picatinny yang panjang, badan senjata yang melengkung tebal dan permukaan anti-geser pada pegangan pistol yang mirip dengan H&K USP. MP7 juga menggunakan alat pembidik berbahan besi yang dipasang di rel Picatinny dan tombol untuk mengatur pembidik dibuat lebih besar sehingga pengoperasiannya lebih mudah.
* MP7A1: Pada tahun 2003 kemudian diubah lagi menjadi 'MP7A1' dan menggunakan pegangan pistol yang didesain ulang dengan permukaan yang berbeda dan bentuk melengkung, badan senjata yang lebih kecil dengan buttpad lurus, serta rel Picatinny sebagai standar dan alat pembidik yang dibuat lebih baik lagi. Senjata ini dibuat sedikit lebih lama, tetapi karena badan diperpendek, panjang keseluruhan memang tidak berubah. Terdapat 3 posisi mengunci. Model lama MP7A1 memiliki pengaman mirip dengan pistol Glock; bagian atas tengah pelatuk harus ditarik terlebih dahulu dalam mengganti magasin atau mengeluarkan peluru. Hal ini membantu untuk mengeluarkan peluru yang ada di dalam magasin.

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:9koPqUG_gh87QM:http://www.planetfortress.com/tf2models/previews/TA/p90.jpg
Aksesoris

Fitur MP7 terbilang lengkap, terdiri dari rel Picatinny yang dirancang standar dengan lipatan-lipatan dan alat pembidik. Ketika pembidik dihilangkan, senapan terlihat seperti senapan submesin pada umumnya. Alat pembidik dapat dilepas dengan melonggarkan sekrup tunggal dan mengangkat alatnya. Hal ini dapat ditunjang dengan keberadaan rel tambahan di sisi laras, yang memungkinkan untuk memasang laser (teleskop dan red dot sight), laser pemandu bidikan (LAM), dan senter taktis. MP7 juga dapat menggunakan peredam suara.

Sunday, June 13, 2010

a new person

SELAMAT MALAM SEMUA.....

Saya orang baru, ingin cari sesuatu yang baru.

mula2 posting yang ringan2 dulu ya...........

copas dulu gapapa ya.

BALAI ARKEOLOGI: SITUS TONDOWONGSO KOMPLEKS PERCANDIAN TERBESAR






Kediri, 12/5 (ANTARA) - Balai Arkeologi Yogyakarta memprediksi Situs Tondowongso yang ditemukan warga di Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur merupakan kompleks besar percandian Abad ke-11.

"Kalau nanti penelitian kami terbukti, maka Situs Tondowongso merupakan satu-satunya kompleks percandian terbesar di Indonesia," kata peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta, Lisa Ekawati, saat ditemui di sela-sela penelitian Situs Tondowongso, Senin.

Sesuai data Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Jatim yang disampaikan pada Balai Arkeologi Yogyakarta menyebutkan, luas Situs Tondowongso mencapai 8.125 meter persegi.

"Berbeda dengan Candi Borobudur yang hanya satu bangunan, Situs Tondowongso ini merupakan bangunan percandian yang terpencar, tapi masih dalam satu kompleks," kata Ketua Tim Penelitian Situs Tondowongso itu menjelaskan.

Sebelumnya pada 1956 warga setempat juga telah menemukan bangunan Candi Gurah yang berjarak beberapa meter dari lokasi penemuan arca di dalam Situs Tondowongso pada bulan Januari 2007 lalu.

Di dalam Candi Gurah juga terdapat beberapa arca dan benda bersejarah lainnya. "Sebagian dari arca itu kini disimpan di Museum Nasional Jakarta dan ada pula yang disimpan di Istana Negara. Setelah dilakukan penelitian pada 1957, Candi Gurah itu ditimbun kembali karena pada saat itu anggaran negara sangat terbatas. Lalu kini ditemukan lagi Situs Tondowongso ini," katanya.

Saat ini para peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta itu telah memasuki hari kelima penelitiannya di Situs Tondowongso. Dari penelitian itu baru ditemukan pagar candi sepanjang 120 meter dan lebar 80 meter di kedalaman tiga meter dari permukaan tanah. Sebagian diantaranya ditemukan di lahan milik warga yang belum dibebaskan oleh Pemkab Kediri.

"Target kami pada tanggal 18 Mei nanti sudah harus bisa menemukan pagar candi sebelah utara, karena yang sebelah selatan sudah ditemukan oleh pihak BP3 dan warga tahun lalu," kata Lisa.

Untuk memudahkan penemuan pagar yang tingginya diperkirakan mencapai tujuh meter tu, para peneliti terpaksa mendatangkan Geolistrik. Alat pendeteksi milik Fakultas Geografi Univesitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu akan mulai dipasang Selasa (13/5) besok.

"Kalau dilakukan penggalian secara manual, waktunya lama. Dengan bantuan Geolistrik ini diharapkan dapat diketahui posisi pagar candi sehingga untuk proses selanjutnya tinggal digali dengan menggunakan alat berat," katanya.

Sejak Januari 2007 lalu, warga dan BP3 telah menemukan sebuah bangunan induk candi, tiga perwara (bangunan pendamping candi), dan 14 jenis arca, sembilan diantaranya masih utuh. Benda-benda tersebut kini disimpan di Museum BP3 Trowulan.

Bangunan candi di Situs Tondowongso itu merupakan susunan batu bata merah. Masing-masing batu bata merah itu berukuran panjang 38 senti dan lebar 20 senti dengan ketebalan tujuh senti.

"Kami memperkirakan benda-benda ini merupakan peninggalan Kerajaan Kadiri pada Abad ke-11. Soal siapa Raja yang memerintah pada waktu itu, sampai sekarang sedang kami teliti," kata Lisa Ekawati.

Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta lainnya, Baskoro Daru Tjahjono menambahkan, tidak ada perbedaan kurun waktu antara candi yang terbuat dari susunan batu bata merah dan candi dari batu cadas.

"Yang paling mempengaruhi faktor lingkungan saja. Kebetulan di Tondowongso ini tanah liatnya cukup bagus, makanya sampai sekarang banyak warga sini yang membuat batu bata. Sama dengan di wilayah Jabar, yang kebanyakan candinya terbuat dari tanah liat," katanya.

Ia menyatakan, peninggalan bersejarah di Dusun Tondowongso itu berbentuk persegi empat menghadap ke barat dengan bangunan utama di tengah-tengahnya. Sedang arca-arca yang ditemukan di dalam situs itu merupakan benda-benda yang biasa disembah oleh pemeluk agama Hindu pada Abad ke-11 dan Abad ke-12.

Beberapa bulan sebelum Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan penelitian, seorang warga juga menemukan benda berbentuk gapura. "Sebagian dari tim ini ada yang melakukan pengerjaan di tempat warga menemukan gapura tadi," kata Baskoro.

Dalam penelitian di Situs Tondowongso ini, Balai Arkeologi Yogyakarta menurunkan delapan orang peneliti dibantu dua orang operator Geolistrik Fakultas Geografi UGM, delapan warga Tondowongso, dan satu peneliti dari BP3 Trowulan.